The Role of Nutrition in The Quality of Indonesian Human Resource Development
Arif Sabta Aji, S.Gz
Mahasiswa Program PMDSU DIKTI 2015
Program Studi Biomedik (Minat Gizi Klinik) Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas
1.
PISA TEST
Programme
for International Student Assessment (PISA) adalah studi internasional tentang
prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15
tahun. Studi dikoordinasikan oleh OECD (organization for economic cooperation
and developments) yang berkedudukan di Paris, Perancis. Penilaian setiap tiga
tahun ini telah menghasilkan peringkat pendidikat secara internasional untuk 65
negara partisipan.
Tujuan
PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains
siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia,
manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi
prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi negara lain
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini
diharapkann dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk
peningkatan mutu pendidikan.
Dasar
penilaian literasi membaca, matematika, dan sains ini meliputi beberapa aspek,
yaitu (1) membaca dalam aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam
bentuk tulisan, (2) matematika dalam aspek mengidentifikasikan dan memahami
serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari, (3) sains dalam aspek menggunakan pengetahuan
dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan
tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan.
Posisi
negara indonesia pada PISA 2013 menempati ranking dua dari bawah. Lebih jelek
dari hasil PISA tahun 2009, pada saat itu Indonesia menempati ranking 57.
Sedangkan yang lain, beberapa negara asia seperti china, singapura, korea
selatan, jepang dan taiwan tetap terjaga pada posisi lima besar teratas.
Mengejutkan pada negara vietnam, untuk pertama kalinya bisa menembus ranking 20
besar. Berikut bisa kita lihat dalam Tabel bagaimana perkembangan prestasi
literasi Indonesia dari tahun ke tahun dalam 13 tahun terakhir mulai dari tahun
2000-2013 :
Tabel
1. Indeks Skor PISA TEST
Tahun
|
Skor Membaca
|
Skor Matematika
|
Skor Sains
|
Rata-rata Skor Internasional
|
2000
|
371
|
367
|
393
|
500
|
2003
|
382
|
360
|
395
|
500
|
2006
|
393
|
391
|
393
|
500
|
2009
|
402
|
371
|
383
|
500
|
2012
|
372
|
396
|
382
|
500
|
Tabel
2. Peringkat PISA TEST Indonesia
Tahun
|
Skor
|
|||
Membaca
|
Matematika
|
Sains
|
Jumlah Negara Peserta
Studi
|
|
2000
|
39
|
39
|
39
|
41
|
2003
|
39
|
38
|
38
|
40
|
2006
|
48
|
50
|
50
|
56
|
2009
|
57
|
61
|
60
|
65
|
2012
|
64
|
64
|
64
|
65
|
Gambar 1. Grafik Peringkat PISA TEST
Indonesia
Berdasar
Gambar di atas, menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi membaca,
matematika, dan sains siswa berada signifikan dibawah rata-rata internasional.
Untuk literasi membaca, indonesia pada tahun 2000 peringkat 39 dari 41 negara,
tahun 2003 berada di peringkat ke 39 dari 40 negara, tahun 2006 peringkat ke 48
dari 56 negara, tahun 2009 peringkat 57 dari 65 negara, dan pada tahun 2012 di
peringkat 64 dari 65 negara. Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti
dalam literasi membaca, untuk rata-rata skor literasi matematika posisi
indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di
peringkat 39, pada tahun 2003 berada pada peringkat 38, pada tahun 2006 berada
di peringkat ke 50, pada tahun 2009 berada di peringkat 61 dari 65 negara, dan
pada tahun 2012 berada di peringkat 64 dari 65 negara. Begitu pula untuk
rata-rata skor literasi sains, posisi indonesia masih jauh dibawah rata-rata
internasional. Siswa indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 38, pada
tahun 2003 berada doi peringkat ke 38, tahun 2006 berada di peringkat ke 50,
pada tahun 2009 berada di peringkat 60 dari 65 negara, dan pada tahun 2012
berada di peringkat 64 dari 65 negara.
Peringkat
Indonesia paling rendah pada tahun 2012, dari 65 negara indonesia menempati
posisi ke-64 atau dua dari bawah. Hal ini tentunya merupakan hasil yang tidak
bagus untuk nama Indonesia di dunia internasional. Jika kualitas literasi siswa
usia 15 tahun atau bisa kita bilang generasi muda masa depan Indonesia
merupakan kualitas “bawah” bagaimana masa depan Indonesia bisa terjamin.
2.
GIZI (STUNTING)
Banyak
mengundang pertanyaan kenapa sebegitu
buruknya kemampuan literasi siswa di Indonesia. Tentunya ada banyak faktor yang
mempengaruhi dalam situasi seperti ini. Contohnya, masalah sosial ekonomi dan
budaya, kualitas sistem pendidikan, dan gizi kesehatan masyarakat. Disini saya
mencoba untuk menghubungkan kualitas SDM negara indonesia dengan kondisi gizi
kesehatan masyarakat, khususnya untuk PISA adalah gizi kesehatan anak-anak.
Hasil
Riskesdas (2013), yaitu angka kekurangan gizi kronis (stuning) meningkat dari
tahun sebelumnya. Stunting merupakan kondisi dimana pertumbuhan anak terhambat
atau anak mempunyai tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya alias pendek jika
dibandingkan dengan teman sebaya mereka. Berdasarkan Riskesdas (2010), jumlah
anak yang menderita kekurangan gizi kronis adalah sebesar 36,8%. Namun untuk
tahun 2013 meningkat sebesar 37,2% atau sebanyak 8,8 juta anak di Indonesia
menderita kekurangan gizi kronis (stunting) atau bisa dikatakan bahwa 3 dari 10
anak di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Hal ini menjadi perhatian
pemerintah dalam hubungannya dengan kualitas SDM masyarakat Indonesia nantinya,
karena dampak dari stunting pada anak berperan penting dalam perkembangan
pertumbuhan dan perkembangan otak anak, terutama perkembangan kognitif anak.
Perkembangan
kognitif adalah sebuath istilah yang meliputi persepsi manusia, kemampuan
berfikir, dan belajar. Perkembangan kognitif sendiri dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu gizi, gen, dan lingkungan. Pengaruh gizi anak terhadap
perkembangan otak diawali dari kecukupan gizi ibu. Kekurangan gizi dapat
memberikan hasil yang negatif pada perkembangan otak selama kehamilan dan dua
tahun pertama kehidupan yang memungkinkan akan menjadi kerusakan yang permanen
dan tidak dapat diperbaiki. Hal ini sangat krusial Karena pertumbuhan otak yang
cepat terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan (pada umur 2 tahun otak telah
mencapai 80% dari beratnya pada usia dewasa), periode ini merupakan periode
yang sensitif terhadap defisiensi gizi.
Banyak
literatur yang menyebutkan bahwa ada kaitan antara perbaikan gizi dan fungsi
otak yang optimal. Gizi mempunyai peran kritis dalam proliferasi sel, sintesis
DNA, neurotransmitter dan metabolisme hormon serta konstituen penting dari
sistem enzim dalam otak. Pada usia dini, perkembangan otak lebih cepat
dibanding dengan bagian tubuh yang lain sehingga perkembangan otak ini menjadi
lebih rentan terhadap defisiensi gizi. Periode terjadinya defisiensi gizi dapat
memengaruhi perkembangan otak, misalnya defisiensi asam folat antara 21 hingga
28 hari sesudah konsepsi dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu neural
tube defect.
Gizi
adalah salah satu kunci yang dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
Mendapatkan gizi yang cukup membantu anak mempelajari kemampuan skill yang
penting, seperti bahasa dan pemecahan masalah. Makanan juga memberikan anak
energi, motivasi, dan kekuatan untuk bermain, yang biasa digunakan mereka untuk
belajar bergulung, berjalan, berlari, dan merayap. Mengetahui hubungan antara
gizi dan pembelajaran adalah penting bagi para orang tua.
Berdasarkan
Riset Kesehatan Desa (Riskesdas) 2010 menunjukkan, Pemberian ASI di Indonesia
saat ini masih memprihatinkan. Presentasi bayi yang menyusu ekslusif sampai 6 bulan
hanya 15,3%. Hal ini di sebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan
pemberian ASI masih relatif rendah (Maryunani, 2012). Namun pada Riskesdas
(2013), adanya kemajuan peningkatan angka pemberian ASI eksklusif pada bayi
berumur 6 bulan menjadi “hanya” 30,2%. Tentunya angka ini masih jauh dari target
pemerintah secara nasional yaitu sebesar 80%.
Masih
rendahnya angka pemberian ASI Eksklusif di Indonesia merupakan pekerjaan rumah
yang besar bagi Indonesia. Kegiatan menyusui (ASI Eksklusif) dapat meningkatkan
kemampuan perkembangan IQ/kognitif lebih tinggi. ASI Eksklusif memegang peranan
penting karena ASI bermanfaat agar bayi mendapatkan nutrisi zat dan enzim terbaik
yang dibutuhkan. Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh serta perlindungan dan
kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya. Meningkatkan sentivitas ibu akan
kebutuhan bayinya, Mengurangi perdarahan serta konservasi zat besi, protein,
dan zat lainnya. Mengingat ibu tidak haid selama menyusui sehingga menghemat
zat yang terbuang. Penghematan anggaran karena tidak perlu membeli susu dan segala
perlengkapannya dan ASI ekslusif dapat menurunkan angka kejadian alergi,
terganggunya pernapasan, diare dan obesitas pada anak.
Bisa
disimpulkan bahwa sebanyak ±70% bayi Indonesia tidak mendapatkan ASI Eksklusif
(0-6 bulan). Bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan berisiko
1,3 kali lebih besar mengalami stunting pada usia 6-12 bulan. Lama pemberian
ASI yang kurang dan pemberian makanan atau susu formula yang terlalu dini dapat
meningkatkan risiko stunting karena bayi cenderung lebih mudah terkena penyakit
infeksi seperti diare dan ISPA. Walaupun secara statistik lama pemberian ASI
Eksklusif bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting, tetapi dalam
penelitian Frieska (2014) balita yang tidak diberi ASI Eksklusif memiliki
risiko 2,06 kali lebih besar menjadi stunting dibanding yang mendapatkan ASI
Eksklusif.
Zat
besi adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan jaringan otak. Respon
saraf bergerak lebih pelan ketika tubuh mengalami defisiensi zat besi.
Kekurangan zat besi selama masa balita dapat menyebabkan kerusakan permanen
terhadap otak anak; namun, terlalu banyak zat besi dapat juga menyebabkan
masalah. Defisiensi zat besi selama dua tahun pertama kehidupan anak
dihubungkan dengan perubahan kebiasaan dan terhambatnya perkembangan psikomotor
anak. Cukup, tetapi tidak terlalu banyak, merupakan pendekatan kunci intake zat
besi yang baik. Selain itu defisiensi iodium selama awal tahun kelahiran
dihubungkan juga dengan menurunnya kognitif dan prestasi terhadap anak di
sekolah.
Buruknya
kualitas intake anak menyebabkan banyak masalah terhadap sistem pertahanan
tubuh (imunitas). Mereka akan lebih sering sakit, tidak masuk sekolah, dan
gagal untuk mengejar ketertinggalan pelajaran dengan teman sekelasnya.
Kekurangan gizi pada anak menghasilkan menurunnya tingkat aktifitas,
produktifitas, interaksi sosial, keingin tahuan, dan fungsi kognitif anak.
Kebiasaan sarapan pagi pada anak usia sekolah memberikan dampak yang baik dalam
prestasi dibanding dengan yang tidak sarapan.
Malnutrition Conceptual Framework
Penyebab
kekurangan gizi pada manusia bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Peyebab langsung terdiri dari makan tidak seimbang
dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tdak langsung terdiri dari tidak cukup
persediaan pangan, pola asuh anak tidak memadai, dan sanitasi / air bersih
serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai. Banyak faktor pemicu
masalah yang menyebabkan kekurangan gizi. Mulai dari akar masalah (nasional)
yaitu krisis ekonomi, politik, dan sosial sehingga bisa menyebabkan inflasi,
angka pengangguran meningkat, kurang pangan, dan kemiskinan. Selain itu pokok masalah
di masyarakat yang sering kita jumpai adalah kurang pemberdayaan wanita dan
keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat. Hal ini akan menjadi
masalah lebih besar lagi jika masyarakat di negara kita tidak cukup mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan seputar gizi dan kesehatan.
3.
PEMBANGUNAN KUALITAS SUMBER DAYA
MANUSIA INDONESIA
Kualitas
sebuah negara ditentukan salah satunya dengan bagaimana kualitas sumber daya
manusianya (SDM). Indonesia memang kaya akan sumber daya alam (SDA), tetapi
masalahnya bukan di kaya atau miskinnya SDA Indonesia. Persoalan utamanya
adalah pada kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Hal ini sangat
berpengaruh pada eksistensi masyarakat atau warga negara Indonesia dalam peran
serta mengelola SDA di rumah sendiri. Sebanyak apapun SDA yang dimiliki akan
menjadi sia-sia apabila orang yang banyak terlibat dalam pengelolaannya justru
dari pihak luar atau asing.
Mengutip
isi Human Development Report (HDR) pertama tahun 1990, pembangunan manusia
adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh
manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk
berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses
terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, indeks pembangunan manusia Indonesia
(2007-2013) terus meningkat dari angka 70,59 sampai 73,81. Usia harapan hidup
menjadi 70,07 tahun, rata-rata pengeluaran per bulan Rp. 643. 360, angka melek
huruf 94,14%, dan rata-rata lama sekolah 8,14 tahun.
Berdasarkan
data dari United Development Program (UNDP)
tahun 2014, IPM menurut negara di ASEAN tahun 2013 Indonesia menempati
peringkat ke-5 di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand. Untuk ranking
IPM dunia Indonesia menempati peringkat ke 108 dari 187 negara. Hal ini menjadi
catatan tersendiri buat pemerintah dan masyarakat untuk ikut serta dalam
pengembangan kapasitas diri sehingga dapat meningkatkan daya saing negara di
level internasional.
Salah
satu masalah Indonesia dalam peningkatan SDM adalah populasi penduduknya yang
besar. Indonesia berpenduduk sekitar 238 juta jiwa. Dalam hal ini mempengaruhi
dalam penyebaran antara kuantitas dan kualitas penduduk harus seimbang. Jika penduduk
besar tetapi tidak berkualitas akan menjadi beban pembangunan dan jika penduduk
besar serta berkualitas maka akan menambah modal pembangunan Negara.
Dilain
aspek, indonesia memiliki keuntungan dengan bonus demografi yang dimilikinya. Bonus
demografi adalah jumlah penduduk usia produktif di Indonesia mengalami
penigkatan besar dan merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia. Dengan banyaknya
penduduk usia produktif yang dimiliki ini menentukan peluag Indonesia menjadi
negara maju. Bonus demografi Indonesia dan jendela peluang Indonesia diprediksi
meningkat pada tahun 2020.
Aspek
kesehatan berperan penting dalam penentuan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia. Terutama pada masalah Gizi Kesehatan. Mengapa Gizi? Beikut salah
satu Gambar yang akan membantu penjelasan anda :
Gizi
merupakan kebutuhan dasar manusia. Setiap hari dan setiap waktu kita
membutuhkan Gizi dari makanan yang kita konsumsi setiap hari. Gizi mempengaruhi
produktifitas manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Pondasi dasar ini
adalah Gizi Kesehatan, dengan ditompang oleh aspek lain seperti kualitas
pendidikan, sarana tempat tinggal, pekerjaan, dan pendapatan.
Dampak
kurang gizi pada awal kehidupan terhadap kualitas SDM sangat besar. Hal ini
telah dijabarkan pada konsep 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Bagaimana pentingnya
peran gizi dalam tumbuh kembang anak yang nanti akan menjadi cikal bakal
penerus generasi Indonesia. Berikut adalah dampak yang ditimbulkannya :
1. Gagal tumbuh, bayi mengalami kegagalan
pertumbuhan segaimana normalnya. Mempunyai berat lahir rendah, kecil, pendek,
kurus, dan daya tahan rendah.
2. Hambatan perkembangan kognitif, nilai
sekolah dan keberhasilan pendidikan.
3. Menurunkan produktivitas pada usia
dewasa.
4. Gangguan metabolik, risiko penyakit
tidak menular (DM tipe II, stroke, CVD, dll) pada usia dewasa.
5. Dampak buruknya adalah kematian. Angka
kematian bayi dan anak.
Saat
ini Indonesia megalami situasi gizi dengan dua masalah utama, yaitu masalah
kekurangan dan kelebihan gizi atau biasa kita sebut sebagai Double Burden. Kekurangan gizi mencakup
5 poin utama, yaitu kekurangan vitamin A (KVA), Gangguan akibat kekurangan
Iodium (GAKI), gizi kurang, stunting atau pendek, dan anemia. Untuk KVA dan
GAKI situasinya sudah dapat dikontrol. Namun, untuk gizi kurang, stunting, dan
anemia masih belum bisa diselesaikan. Sedangan untuk kelebihan gizi mengalami
tren naik awal dekade terakhir. Semakin banyaknya angka kelebihan gizi
mengakibatkan peningkatan risiko penyakit tidak menular juga semakin tinggi.
4.
GENERASI EMAS 2045
Indonesia
di tahun 2045 atau 31 tahun lagi memiliki “bonus” demografi yang terus
berlanjut dan akan berkontribusi atau sebaliknya akan membawa bencana dalam
perkembangan bangsa Indonesia. Salah satu kontribusi pada bonus demografi ini
adalah pertumbuhan ekonomi yang akan mengalami kemajuan yang pesat, seperti
pada ungkapan “in 2045 Indonesia better
than Brazil and China” (Sugiharto, 2012). Hal ini tergantung bagaimana kita
menyiapkan generasi saat ini untuk 31 tahun mendatang. Dimana generasi sekarang
akan beraksi mengambil alih roda pemerintahan pada saat itu. Jika dipersiapkan
dari sekarang, merekalah yang saat itu berumur 30-40 tahun dimana saat itu
merupakan usia produktif, generasi emas. Harapan terhadap Generasi Emas 2045 merupakan jawaban terhadap fenomena Paradok-sial
tentang Indonesia. Fenomena ini dikemukakan oleh Prof. BJ Habibie pada silaknas
di Kendari pada tahun 2011, yang berisi :
1. Kita kaya tapi miskin, yaitu SDA
melimpah tapi miskin penghasilan,
2. Kita besat tapi kerdil, amat besar
wilayah dan penduduknya tapi kerdil dalam produktivitas dan daya saing,
3. Kita kuat tapi lemah, kuat dalam
anarkisme tapi lemah dalam tantangan global,
4. Kita indah tapi buruk, indah dalam
potensi dan prospeknya namun buruk dalam pengelolaannya.
Hal ini terjadi karena menurut Prof.
BJ Habibie kita terjangkit yang namanya “Penyakit Orientasi” yang lebih :
1. Mengandalkan SDA ketimbang SDM,
2. Berorientasi jangka pendek daripada
jangka panjang,
3. Mengutamakan citra daripada karya
nyata,
4. Melirik makro daripada mikro,
5. Mengandalkan cost added daripada value
added
6. Berorientasi pada neraca pembayaran
dan perdagangan daripada neraca kerja,
7. Menyukai jalan pintas (korupsi, kolusi,
penyelewengan dsb) daripada kejujuran dan kebijakan,
8. Menganggap jabatan (power) sebagai
tujuan daripada sebagai sarana untuk mencapai tujuan (power centered rather than accountable / amanah)
Dalam gagasannya
Sugiharto (2012) menawarkan delapan langkah, yaitu :
1.
Memberantas kemiskinan dan kelaparan
ekstrim
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan
4.
Perempuan menurunkan angka kematian
anak
5.
Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit menular lainnya
7. Memastikan kelestarian lingkkungan
hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan
Dari
kedelapan gagasan yang diutarakan di atas, ada beberapa peran yang berhubungan
dengan Gizi Kesehatan, yaitu terkait kemudahan akses pangan masyarakat untuk
mencegah kelaparan ekstrim, menurunkan angka kematian anak, dan meningkatkan
kesehatan ibu. Gizi Kesehatan dalam ketiga aspek tersebut penting dalam
kebutuhan dasar manusia sebagai bahan bakar untuk hidup sebagai sumber pangan
yang sehat, meningkatkan kualitas kesehatan anak sehingga dapat mencegah
kematian anak yang tinggi. Mempersiapkan anak-anak indonesia menjadi sehat,
bergizi, dan cerdas. Harapannya akan tumbuh menjadi dewasa yang sehat dan
produktif. Serta dalam menjaga kesehatan ibu. Peran ibu dalam pendidikan anak
sangat besar. Ibu merupakan madrasah pertama bagi anak. Sampai seperti itulah
gambaran peran besarnya seorang ibu dalam tumbuh kembang anak. Generasi-generasi
yang cemerlang, handal, dan berkarakter sangat ditentukan oleh bagaimana pola
asuh ibu terhadap anaknya. Penting untuk negara memperhatikan kesehatan
perempuan Indonesia jika ingin melahirkan generasi emas yang dipersiapkan untuk
Indonesia Emas Tahun 2045.
DAFTAR PUSTAKA
- 1. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.
- 2. Diseminasi Global Nutrition Report (GNR) dalam rangka Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-55 oleh Menteri Kesehatan RI.
- 3. United Development Program (UNDP).
- 4. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Indonesia 2010.
- 5. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Indonesia 2013.
- 6. Maryunani Anik, 2012. Inisiasi menyusui Dini, ASI EKSLUSIF dan menajemen Laktasi, Tans info media, Jakarta.
- 7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
- 8. Tacey K. The PISA View of Mathematcal Literacy in Indonesia. IndoMS J.M.E Vol. 2 No. 2 July 2011, pp. 95-126.
- 9. World Health Organization
- 10. Sugiharto.2012. Menyongsong Indonesia Emas 2045. Disampaikan pada Kuliah Perdana Universitas SarjanawiyataTamansiswa (UST)Yogyakarta. 17 September 2012.
Komentar
Posting Komentar