Disaat negara luar (negara tidak berkembang) seperti benua eropa dan amerika mayoritas sudah tidak memakai atau memperketat ijin peredaran produk susu formula, kita malah menjadikan itu life style dan Indonesia merupakan salah satu konsumen terbesar susu formula.
Betapa tidak, sekali ibu memberikan susu fomula kepada anaknya yang usia kurang 6 bulan, maka konsumsi susu tersebut akan terjadi terus menerus.
Mengapa bisa begitu?
Berikut cost analysis product dari sufor jika dipakai secara aktif sejak bayi usia 1 minggu :
contoh berdasarkan analisis pribadi (forecasting budget)
((Jika ibu-ibu ASI eksklusif biaya yg dikeluarkan Rp. 0 ditambah bonding yg kuat antara ibu dan anak dan penurunan BB Ibu semakin cepat tubuh ideal mudah didapatkan kembali))
---> jika dilanjutkan selama 1 tahun dengan kategori produk sufor yg berbeda dan harga misalkan kita pakai harga susu sebelumnya, total 1 tahun : Rp. 2.664.000 X 2 = Rp. 5.328.000.
kisaran harga bisa jauh lebih besar daripada itu. itu untuk 1 bayi. dalam setahun bisa mencapai Rp. 5.328.000 masuk ke kantong perusahaan sufor (mayoritas perusahaan asing).
Ya kalau konsumen mereka orang yang mampu atau berduit. jika mereka berasal dari keluarga miskin dan tidak mampu bagaimana?
Belum tentu mereka bisa mampu membayar seperti itu jika untuk makan sehari-hari keluarga masih belum terjamin dan belum tentu mereka berpenghasilan setiap hari dengan kerjaan yang serabutan apa adanya dan skill minim untuk mendapatkan kesempatan kerja dan upah yang layak.
tentunya tenkes atau faskes juga dapat 'jatah' sendiri ketika berhasil melariskan produk sufor tersebut. bisa studi seminar ke luar negeri, beasiswa untuk anak bidan, dokter, dll yg ditanggung perusahaan sufor, bisa studi banding (kedok) ke RS ternama setelah itu diisi acara jalan2 dan berbagai macam kegiatan kesenangan lainnya.
jika rata-rata kelahiran bayi di indonesia per tahun mencapai 4 juta jiwa, bisa kita bayangkan pendapatan per tahun dari perusahaan susu formula adalah
Rp. 5.328.000 X 4.000.000 jiwa = Rp. 21.312.000.000.000 atau setara dengan 12,312 Triliun. Begitu besarnya keuntungan perusahaan (mayoritas pemain kakapnya perusahaan asing) yang jualan susu formula di tanah air Indonesia.
NB : kurang lebih tergantung pemakaian, harga di masing2 toko bisa berbeda-beda, merk yang dipilih juga menawarkan harga yang berbeda-beda sesuai dengan brand sufor masing2, dan produk jualan susu formula ada banyak macam yang dipasarkan di negara kita.
Mungkin kalkulasi di atas bisa menggambarkan sedikit bagaimana permainan perusahaan susu formula memanfaatkan market yang besar di Indonesia yang masih menjadi negara berkembang atau baru masa transisi dari negara miskin ke negara agak kaya sedikit. hal ini salah satu kunci naiknya trend penjualan sufor yg sudah mnjadi life style di negara kita. disamping tingkat edukasi masyarakat menjadi hal dasar lainnya..
Selama orang2 penting di negara kita yang berkecimpung dengan dunia kesehatan secara langsung dan tidak langsung masih berorientasi dengan uang, kita tidak akan pernah merasakan sejahtera secara nasional. terutama untuk anak-anak Indonesia a.k.a untuk masa depan negara Indonesia sendiri.
Kalian bisa simak video tentang kenyataan marketing susu formula oleh jurnalis perancis, berikut link videonya di youtube
Propaganda Susu Bubuk di Indonesia
Betapa tidak, sekali ibu memberikan susu fomula kepada anaknya yang usia kurang 6 bulan, maka konsumsi susu tersebut akan terjadi terus menerus.
Mengapa bisa begitu?
- ASI ibu akan berhenti, karena ASI dari ibu akan berhenti seketika kalau dia sudah tidak menyusui bayinya. stimulus keluarnya ASI adalah disaat bayi mengenyot saat menyusu. jika aktifitas itu tidak dilakukan, jangan harap ASI bisa keluar dengan lancar atau bahkan tidak bisa keluar lagi.
- Ibu menyusui merasa beban nya berkurang. dia tidak harus capek2 melakukan aktifitas menggendong bayi dll untuk menyusui anaknya. sehingga ibu bisa melakukan aktifitas yg lain. terjadi paling sering ketika busui dg status ibu pekerja.
- jika sudah terpapar susu formula dan ASi tidak keluar. apa solusinya? mayoritas tenkes yg merekomendasikan pemakaian susu formula tanpa berusaha mengupayakan yg terbaik untuk pemberian ASI. hal ini bidan dan doker berperan penting dalam melakukan anjuran kesehatan kepada busui yg memeriksakan diri. saat itulah ibu memulai memberikan susu formula kepada bayinya. fenomena yg terjadi di kalangan menengah ke bawah yang mungkin pada ibu/keluarga kurang informasi terhadap promkes ASI eksklusif, mereka akan patuhi semua saran tenkes walaupun kadang harus mengesampingkan apakah itu saran yang cukup benar atau tidak.
- sekali beli susu formula jika bayi baru berusia 1 minggu, maka sampai nanti bayinya besar akan memakai susu formula terus. bisa dibayangkan bagaimana menggiurkannya keuntungan yg didapat perusahaan jika produk mereka laris. untuk bayi usia <6 bulan ibu bisa menghabiskan 3 bungkus susu formula dalam 1 minggu.
Berikut cost analysis product dari sufor jika dipakai secara aktif sejak bayi usia 1 minggu :
contoh berdasarkan analisis pribadi (forecasting budget)
- --> kita ambil yang harga murah, harga 1 bungkus kemasan 400 gr Rp. 37.000 (ada yang lebih mahal banyak)
- --> dalam seminggu bisa menghabiskan 3 bungkus total harga yang harus dibayar : Rp. 37.000 X 3 = Rp. 111.000,-
- --> 1 bulan ada 4 minggu, total expenses 1 bulan : 4 x Rp. 111.000 = Rp. 444.000
- --> selama usia 6 bulan, total espense 6 bulan : 6 X Rp. 444.000 = 2.664.000
((Jika ibu-ibu ASI eksklusif biaya yg dikeluarkan Rp. 0 ditambah bonding yg kuat antara ibu dan anak dan penurunan BB Ibu semakin cepat tubuh ideal mudah didapatkan kembali))
---> jika dilanjutkan selama 1 tahun dengan kategori produk sufor yg berbeda dan harga misalkan kita pakai harga susu sebelumnya, total 1 tahun : Rp. 2.664.000 X 2 = Rp. 5.328.000.
kisaran harga bisa jauh lebih besar daripada itu. itu untuk 1 bayi. dalam setahun bisa mencapai Rp. 5.328.000 masuk ke kantong perusahaan sufor (mayoritas perusahaan asing).
Ya kalau konsumen mereka orang yang mampu atau berduit. jika mereka berasal dari keluarga miskin dan tidak mampu bagaimana?
Belum tentu mereka bisa mampu membayar seperti itu jika untuk makan sehari-hari keluarga masih belum terjamin dan belum tentu mereka berpenghasilan setiap hari dengan kerjaan yang serabutan apa adanya dan skill minim untuk mendapatkan kesempatan kerja dan upah yang layak.
tentunya tenkes atau faskes juga dapat 'jatah' sendiri ketika berhasil melariskan produk sufor tersebut. bisa studi seminar ke luar negeri, beasiswa untuk anak bidan, dokter, dll yg ditanggung perusahaan sufor, bisa studi banding (kedok) ke RS ternama setelah itu diisi acara jalan2 dan berbagai macam kegiatan kesenangan lainnya.
jika rata-rata kelahiran bayi di indonesia per tahun mencapai 4 juta jiwa, bisa kita bayangkan pendapatan per tahun dari perusahaan susu formula adalah
Rp. 5.328.000 X 4.000.000 jiwa = Rp. 21.312.000.000.000 atau setara dengan 12,312 Triliun. Begitu besarnya keuntungan perusahaan (mayoritas pemain kakapnya perusahaan asing) yang jualan susu formula di tanah air Indonesia.
NB : kurang lebih tergantung pemakaian, harga di masing2 toko bisa berbeda-beda, merk yang dipilih juga menawarkan harga yang berbeda-beda sesuai dengan brand sufor masing2, dan produk jualan susu formula ada banyak macam yang dipasarkan di negara kita.
Mungkin kalkulasi di atas bisa menggambarkan sedikit bagaimana permainan perusahaan susu formula memanfaatkan market yang besar di Indonesia yang masih menjadi negara berkembang atau baru masa transisi dari negara miskin ke negara agak kaya sedikit. hal ini salah satu kunci naiknya trend penjualan sufor yg sudah mnjadi life style di negara kita. disamping tingkat edukasi masyarakat menjadi hal dasar lainnya..
Selama orang2 penting di negara kita yang berkecimpung dengan dunia kesehatan secara langsung dan tidak langsung masih berorientasi dengan uang, kita tidak akan pernah merasakan sejahtera secara nasional. terutama untuk anak-anak Indonesia a.k.a untuk masa depan negara Indonesia sendiri.
Kalian bisa simak video tentang kenyataan marketing susu formula oleh jurnalis perancis, berikut link videonya di youtube
Propaganda Susu Bubuk di Indonesia
Komentar
Posting Komentar